Kata “karakter” lebih populer dikenal dalam psikologi populer, sementara pembahasannya masih sangat jarang ditemukan dalam penelitian-penelitian ilmiah psikologi maupun buku-buku teks dalam bidang psikologi. Banyak orang yang menemukan bahwa kata ini ambigu dengan kata-kata lain yang serupa dengan itu, sebut saja: kepribadian, temperamen, atau sifat. Keempat istilah ini memang agak susah untuk dibedakan, namun sebetulnya memiliki penekanan yang berbeda-beda.
“Karakter” berasal dari Bahasa Yunani ”Kharakter” yang berarti melekat erat pada sebuah batang pohon. Ketika kita mengukir sebuah simbol atau gambar tertentu pada batang pohon, maka gambar itu tidak mudah terhapus dan akan melekat sepanjang pohon itu tumbuh. Begitu pula dengan karakter, merupakan kombinasi sifat-sifat yang dimiliki seseorang, yang melekat di dalam dirinya dan tidak mudah dihapus atau diubahkan.
Untuk memahami perbedaan karakter dengan kepribadian (personality), menjadi menarik untuk menyimak sejarah penelitian masa lalu mengenai karakter.
Pada tahun 1920an, sebuah studi dilakukan oleh Hersthon, May, dan kawan-kawan menemukan bahwa tidak ditemukan konsistensi antara perilaku manusia dalam situasi yang sama. Artinya, perilaku manusia yang sesungguhnya tidak ditentukan dari sifat atau karakter yang ada di dalam dirinya, karena dalam berbagai percobaan ditemukan bahwa manusia yang sama tidak menunjukkan karakter yang sama dalam berbagai percobaan. Itulah sebabnya, pada masa itu para ahli psikologi tidak lagi menggunakan kata karakter, melainkan menggunakan kata ‘kepribadian’ untuk mempelajari tentang moral, etika, maupun sifat-sifat lainnya. Eksperimen lebih lanjut yang dilakukan pada tahun 1940-an juga mengkonfirmasi temuan ini: bahwa perilaku manusia bukan ditentukan dari apa yang ada di dalam diri manusia, melainkan berdasarkan situasi yang dihadapkan pada manusia itu.
Namun demikian, penelitian yang dilakukan oleh Paul Bloom pada tahun 2000-an menunjukkan hasil yang berbeda. Hasil studinya menunjukkan bahwa bahkan pada bayi berusia 6 bulan sekalipun, seseorang sudah memiliki karakter dan pemahaman akan moral. Hasil penelitian ini seolah membuka kembali pintu yang telah lama tertutup mengenai karakter. Oleh karenanya, arus psikologi positif saat ini sudah mulai kembali banyak meneliti tentang karakter.
Dengan pemahaman ini, sesungguhnya karakter dan kepribadian merupakan dua istilah yang serupa. Namun, beberapa ahli berusaha untuk memberikan penekanan yang berbeda mengenai istilah ini. Hasil kesimpulan dari berbagai sumber mengenai perbedaan karakter, kepribadian, temperamen, dan sifat, ialah: Karakter merupakan kombinasi sifat-sifat dalam diri seseorang yang menjadikannya unik, berdasarkan apa yang ia sudah miliki sejak lahir (genetik) maupun apa yang ia pelajari dalam hidupnya (lingkungan). Jadi, karakter dapat juga disebut sebagai learned behavior. Kepribadian merupakan kombinasi sifat-sifat dalam diri seseorang yang mengarahkannya untuk berpikir, berperasaan, dan bertingkah laku tertentu yang khas dalam berhubungan dengan lingkungannya. Kepribadian berasal dari kata Persona, yang berarti ‘topeng’. Namun bukan berarti bahwa kepribadian merupakan cara seseorang menutupi identitas dirinya. Kata persona dalam Bahasa Yunani lebih merujuk pada simbol yang merepresentasikan identitas seseorang; ‘alat’ yang digunakan oleh seseorang untuk memperkenalkan dirinya pada dunia. Lickerman mengatakan bahwa kepribadian lebih bersifat menetap dan dipengaruhi oleh faktor keturunan, sedangkan karakter lebih terbentuk karena pembelajaran terhadap nilai dan kepercayaan. Temperamen ialah kumpulan sifat seseorang yang diperoleh sejak ia lahir. Aelius Galenus (Galen), seorang dokter pada tahun 120an, telah memperkenalkan empat macam cairan dalam tubuh yang dipercaya menentukan temperamen seseorang, yakni: Melankolis, Sanguinis, Koleris, dan Plegmatis. Teori ini kemudian dijabarkan dengan lebih komprehensif oleh Hippocrates. Sifat adalah satu karakteristik spesifik dalam diri seseorang dan ketika dikombinasikan antara yang satu dengan lainnya, membuat seseorang menjadi pribadi yang unik dan membentuk identitas orang tersebut. Berdasarkan perbedaan di atas, karakter sebenarnya lebih terkait dengan nilai-nilai serta kepercayaan seseorang. Itulah sebabnya hingga kini istilah karakter lebih populer dalam ilmu tentang pengembangan diri, terutama yang terkait dengan aspek spiritual seseorang, dibandingkan dengan dalam ilmu psikologi murni.
Comentarios